BUDIDAYA CACING

MENGENAL CACING TANAH

Lumbricus Rubellus

Lumbricus Rubellus

Cacing tanah dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan warnanya :

1.Kelompok merah antara lain :

– European Night Crawler (ENC)

– Eisenia Hortenis – Lumbricus Rubellus (the red worm)

– Eisenia foetida (the brandling worm)

Tiger

Eisenia hortenis ( dulu dikenal sebagai Dendrobaena veneta ) termasuk keluarga Lumbricidae (lumbricus), seperti Eisenia Fetida ,

Cacing epigeic , bukan cacing anecic .

Paling sering sebagai Nightcrawler Eropa .

Secara signifikan lebih lama dan lebih besar sekitar daripada E. Fetida .

Clitellum meliputi segmen 26 sampai 32

Yang pertama dari beberapa pori-pori dorsal terlihat antara segmen 4/5 .

Tubercula pubertatis pada segmen 30 dan 31

Tingkat reproduksi :

1,6 kepompong/kokon tiap cacing dewasa per minggu

81,2 % tingkat keberhasilan penetasan

1.1 tukik/juvenil per kepompong

Reproduksi bersih adalah 1,4 anak per cacing dewasa per minggu

tingkat pertumbuhan

40-128 hari untuk kepompong menetas

57-86 hari untuk kematangan seksual

97-214 hari dari telur hingga mati

Persyaratan suhu :

Toleransi minimal 45 ° F

Toleransi maksimum – 88 ° F

Ideal 60-70 ° F

Cacing ini memiliki kebutuhan yang lebih tinggi untuk kelembaban daripada spesies vermicomposting lainnya

African Night Crawler (ANC)

  – Eudrilus euginiae  

Eudrilus euginiae termasuk keluarga Eudrilidae

Cacing epigeic , bukan cacing anecic .

Paling sering sebagai Nightcrawler Afrika.

Eudrilus euginiae

Clitellum meliputi segmen 9 sampai 12

Tubercula pubertatis pada segmen 10 dan 11

Reproduksi maksimum dalam kondisi yang ideal :

3,6 kepompong /kokon per cacing dewasa per minggu

81 % tingkat keberhasilan penetasan

2,3 tukik/juvenil per kepompong/kokon

Laju pertumbuhan maksimum dalam kondisi yang ideal :

13-27 hari untuk kepompong menetas

32-95 hari untuk kematangan seksual

43-122 hari dari telur hingga mati

Persyaratan suhu ( F ) :

Min / Max : 45-92 F

Ideal 75-82 F

SIFAT CACING TANAH

1.Cacing tanah bersifat hemaprodit alias dua alat kelamin, jantan dan betina. tidak dapat melakukan perkawinan sendirian. Untuk kawin ia membutuhkan pasangan untuk pertukaran sperma.

2.Cacing tanah merupakan hewan nokturnal dan fototaksis negatif.

-Nokturnal artinya aktivitas hidupnya lebih banyak pada malam hari sedangkan pada siang harinya istirahat.

-Fototaksis negatif artinya cacing tanah selalu menghindar kalau ada cahaya, bersembunyi di dalam tanah.

Bernafasnya dengan permukaan tubuhnya. Oleh karena itu permukaan tubuhnya dijaga kelembabannya, agar pertukaran oksigen dan karbondioksida berjalan lancar.

3.Usia cacing tanah bisa mencapai 15 tahun, namun umur produktifnya hanya sekitar 2 tahun. Cacing dewasa dapat menghasilkan kokon sebanyak 3 kokon per minggu. Di dalam kokon terdapat telur dengan jumlah antara 2 – 20 butir. Telur tersebut akan menetas menjadi juvenil (bayi cacing) setelah 2 – 5 minggu. Rata-rata hidup cacing adalah 2 ekor perkokon. Cacing dewasa dan siap kawin setelah berumur 2 – 3 bulan.

4.Dalam pertumbuhannya, pertambahan berat cacing sampai satu bulan adalah sekitar 400 persen, 1 – 2 bulan 300 persen, dan 2 –3 bulan 100 persen. Dalam satu siklus (3 bulan) 1 kg induk cacing menghasilkan 6 kg cacing. Dalam 1 kg cacing terdapat sekitar 2000 ekor. Sedangkan berat keringnya adalah sekitar 20 persen dari berat basah.

ANATOMI CACING TANAH

Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang dapat menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah. Cacing tanah tidak memiliki tulang, gigi, mata, telinga atau kaki. Cacing tanah memiliki lima jantung.
Cacing tanah memiliki organ perasa yang sensitif terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya dan merasakan getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga memiliki kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap rangsangan kimia. Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di bagian anterior (depan/muka)

Kepala cacing tanah terletak pada bagian yang paling dekat dengan clitellum. Mereka biasanya bergerak searah bagian kepala menghadap saat berpindah tempat.

Clitellum adalah segmen pada cacing tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya di dalam kokon ini. Selama periode kekeringan, beberapa spesies cacing tanah akan kehilangan ciri-ciri seksual sekunder untuk sementara, seperti hilangnya clitellum. Saat keadaan membaik, clitellum akan terbentuk kembali. Clitellum juga bisa menghilang pada usia tua.

Cacing bernapas melalui kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya matahari langsung ataupun suhu panas yang dapat membuat kulit mereka kering.

Cacing tanah adalah hewan berdarah dingin (poikiloterm), mereka tidak mampu menghasilkan panas tubuh. Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

SIKLUS HIDUP CACING TANAH
Sepasang cacing tanah dewasa dapat berkembang biak hingga menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan hingga 100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka agar sesuai dengan makanan yang tersedia dan ukuran tempat hidup mereka.

Cacing tanah adalah hewan hermafrodit (organ kelamin jantan & betina di dalam satu individu). Meskipun hermafrodit, cacing tanah tidak bisa melakukan reproduksi sendirian karena tidak bisa menyatukan organ kelamin jantan dan organ kelamin betina mereka sendiri. Cacing tanah akan aktif untuk bereproduksi pada keadaan hangat dan lembab.

Cacing tanah dewasa dapat kawin kira-kira sekali setiap 10 hari, dan dari perkawinan itu, dapat menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong dapat menampung hingga 10 telur, namun biasanya hanya 4 cacing muda yang akan menetas.

Telur cacing tanah dapat menetas setelah 3 minggu jika cuaca hangat, namun bisa mencapai 3 bulan jika cuaca dingin. Saat anak cacing tanah siap keluar, kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar biji anggur. Anak cacing tanah yang baru menetas berukuran sekitar 1.2 cm, tanpa organ reproduksi, berwarna keputihan dengan semburat merah muda yang menunjukkan pembuluh darah mereka.

Cacing tanah akan mulai matang secara seksual saat clitellum terbentuk dengan sempurna (usia 10-55 minggu, tergantung spesies). Pertumbuhan berat tubuh cacing tanah akan melambat setelah melewati tahap ini.
Sebagian cacing tanah akan mati pada tahun yang sama saat mereka dilahirkan. Sementara yang lain dapat hidup hingga usia 5 tahun atau lebih. Cacing tua ditandai dengan bagian ekor agak pipih dan warna kuning pada ekor sudah mencapai punggung. Bila cacing tanah masih produktif, warna kuning masih ada di ujung ekor

MEMULAI TERNAK CACING LR

IMG_20150522_162953Kotak/ kandang

Saran :

Untuk kemudahan dalam tahap peremajaan media, disarankan ketebalan kotak 20-30 cm agar ketebalan media bisa mencapai min 15 cm.

Kolam (Jedingan)

Saran : Ketinggian minimal 40 cm agar ketebalan media bisa mencapai 30 cm untuk memudahkan saat panen cacing dan panen kascing.

Kekuatan Kandang

Faktor utama yang harus menjadi perhatian khusus dalam dalam beternak cacing adalah kekuatan dan daya tampung kandang. Hal ini sering kali terabaikan oleh para peternak sehingga target meleset dari perkiraan.

Jika anda ingin punya panen 300 kg, maka luas kandang yang harus disiapkan idealnya adalah 60 m2. Sedang kekuatan kandang harus mampu menahan beban seberat 3 ton.

Asumsi :

1.Kapasitas maksimum ideal panen adalah 1 m2 menampung  5 kg

2.Dalam 1 kg cacing membutuhkan 10 kg media

Ingat :

Cacing akan mengatur populasinya menurut situasi dan kondisi tempat tinggalnya.

Media (tempat hidup)

Kriteria media yang baik untuk cacing adalah media yang bisa dimakan oleh cacingnya. Namun dalam prakteknya, para peternak mencari yang mudah diperoleh.

Media terbaik bagi cacing tanah adalah campuran sampah organik antara lain :

1.Kardus atau koran yang sudah disobek-sobek dan dilembabkan

2.Dedaunan mati

3.Kulit telur hancur

4.Sabut kelapa

5.Potongan sayur

6.Sisa kupasan kulit kentang, apel, pisang dan kulit sayuran/buah lain

Berhubung media-media tersebut diatas merepotkan, maka peternak bisa mempergunakan media alternatif yang mudah diperoleh dan tidak merepotkan.

Adapun media alternatif yang mudah di dapatkan dan tidak merepotkan antara lain :

  • Baglog bekas jamur
  • Cocopeat (limbah sabut kelapa)
  • Limbah gergaji kayu
  • Ampas aren

Hal yang harus diperhatikan pada media baru yaitu :

1.Kadar garam. Jika mempergunakan baglog bekas jamur maka sebaiknya media disiram air terlebih dahulu kemudian tiriskan.

2.Getah kayu. Khusus yang akan mempergunakan limbah gergaji kayu (grajen), sebaiknya grajen di fermentasi terlebih dahulu atau direndam 4-6 malam hingga getah kayu berkurang banyak.

Setelah media telah ditempatkan di kandang, letakkan beberapa ekor cacing di permukaan. Jika cacing2 langsung masuk ke dalam media barulah bibit di tebar menurut perbandingan yang diinginkan.

Saran : Sebaiknya media ditambahkan cacahan karton/kertas atau debok pisang

Mengapa kami merekomendasikan media baglog bekas jamur?

Ada beberapa keunggulan dari baglog bekas jamur dibanding media lain.

1.Baglog bekas jamur terbuat dari beberapa bahan yang baik buat cacing karena medianya bisa dimakan oleh cacing.

2.Media bekas cacing lebih baik dengan melakukan penyaringan

3.Penggunaan media bisa bertahan lama

Bibit Cacing

Dalam Pemilihan bibit, ada beberapa tips yang bisa dipergunakan.

1.Pilihlah bibit induk jika anda bisa memastikan bahwa bibit yang dibeli adalah induk berumur 4 bulan. Bibit usia 4 bulan adalah bibit yang sudah bertelur. Hindari bibit yang sudah berusia lebih dari 8 bulan karena usia produktifnya tinggal sedikit

2.Pilihlah bibit remaja kalau anda ingin perputaran dana cepat khususnya yang mempergunakan dana pinjaman untuk beternak. Setelah 3 bulan sejak ditebar, anda boleh memanennya.

Demi kebaikan bersama, untuk penjualan bibit jangan mencelakakan peternak baru dengan menjual bibit afkir.

Perbandingan antara jumlah bibit dengan luas kandang sebaiknya mempergunakan perbandingan setiap 1 m2 luas kandang, tebarkan bibit sebanyak 1/2 kg. Kalau anda punya dana cukup untuk membeli bibit, maka pergunakanlah perbandingan 1 m2 luas kotak/kolam : 1 kg bibit. Jangan lebih sebab terlalu padat mengakibatkan cacing akan keluar.

Pakan

MAKANAN CACING TANAH
Dalam kondisi tepat, cacing tanah dapat makan sebanyak berat tubuh mereka per harinya. Sebagai contoh, 1 kg cacing tanah dapat makan 1 kg makanan setiap hari. Namun disarankan untuk memberikan makanan setengah dari berat tubuh cacing di awal pemeliharaan untuk selanjutnya disesuaikan dengan kemampuan makan cacing. Jika makanan terlalu banyak, tempat pemeliharaan akan menjadi bau karena cacing tidak dapat memproses semua makanan sebelum makanan membusuk. Terlalu sedikit, cacing akan kelaparan.

Cacing tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang dapat diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering. Makanan dicerna dalam ampela, yang bertindak seperti gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Berikut adalah makanan kesukaan cacing tanah:

Kardus atau koran yang sudah disobek-sobek dan dilembabkan, Dedaunan mati, Kulit telur hancur, Sabut kelapa, Potongan sayur, Sisa kupasan kulit kentang, apel, pisang dan kulit sayuran/buah lain.

(Sebelum diberikan ke cacing tanah, makanan dapat dipotong, diparut, atau diblender. Semakin kecil potongan makanan, akan semakin mudah dicerna oleh cacing. Pemberian makan sebaiknya paling sedikit tiga hari sekali)
Benda yang dilarang berada dalam media pemeliharaan cacing:

ØBenda yang tidak dapat diuraikan seperti plastik, kaca, karet, tulang dan juga bahan kimia seperti sabun dan obat-obatan.

ØCacing tidak menyukai makanan asam seperti jeruk, lemon dan tomat.

ØMakanan berbau tajam seperti bawang merah, bawang putih, dan kulit jeruk membuat cacing tidak nyaman dan secara naluriah akan menjauhi sumber bau.

ØMakanan seperti sisa daging, makanan berminyak dan produk susu juga tidak sebaiknya diberikan ke cacing karena akan cepat bau dan dapat mengundang hewan lain seperti semut, tikus dan lalat yang dapat mengganggu perkembangan cacing.

Makanan lain yang membahayakan cacing antara lain cabai, garam, gula, dan kotoran hewan segar yang belum terfermentasi (mengandung bakteri berbahaya seperti staphylococcus dan streptococcus yang dapat membunuh cacing).

Pakan alternatif yang mudah didapatkan, jumlah banyak dan tidak mengundang hewan predator antara lain :

  • Ampas Tahu
  • Ampas Tapioka/Singkong
  • Ampas Kelapa

Dan masih banyak lagi pakan alternatif. Namun pada intinya adalah berilah pakan menurut tujuan akhir pengguna yaitu untuk pakan ternak atau untuk konsumsi manusia.

Ingat : Jangan abaikan tujuan akhir pengguna demi kebaikan dan keberlangsungan ternak cacing.

Cara pemberian pakan :

  1. Pakan di campur dengan air atau pakan dihaluskan
  2. Pakan ditebar

Hal yang penting tentang pakan

Pemberian pakan dapat menjadi tolak ukur berapa besar panen cacing yang akan diperoleh.

Jika anda ingin panen 300 kg maka pemberian pakan juga harus sebanyak 300 kg. Tolak ukurnya adalah, 1 kg cacing membutuhkan pakan 1 kg untuk diurai setiap harinya.

Tingkatkan pemberian pakan secara teratur menurut perkiraan pertambahan bobot cacing yang diternak. Berikan kenaikan secara bertahap dan amati dengan benar.

Ingat :

1.Tidak mungkin panen 300 kg jika anda hanya memberi pakan 50 kg

2.Cacing akan mengatur populasinya menurut situasi dan kondisi tempat tinggalnya.

Predator (hama cacing)

Menempati posisi terendah dalam piramida makanan, cacing tanah adalah mangsa mudah bagi hewan lemah seperti semut, katak, kadal, burung, tikus, ayam, dan bebek.

Tamu tak diundang

Ada beberapa hewan yang akan menjadi tamu di media  namun tidak berbahaya bagi cacing sebagai resiko penggunaan media ataupun pakan.

1.Media baglog bekas jamur atau grajen akan memunculkan rayap

2.Pakan buah busuk atau sayur busuk akan memancing lalat, kutu merah dll.

Panen Cacing

Untuk saat ini, metode panen yang terbaik adalah dengan memilah-milah satu persatu. Cara panen seperti ini terkesan lambat namun baik bagi perkembangan cacing karena media akan terhindar dari pengerasan media.

Informasi lebih lanjut KLIK DISINI